Rabu, 18 September 2019

BIOGRAFI HABIB MUSTHOFA BIN JAFAR ASSEGAF

VISI Menjadikan Depok – Bogor kota beriman, bertaqwa, berahlak & Cinta kepada Baginda Nabi MUHAMMAD SAW. Misi Mempersatukan ulama dan umat islam di kota Depok & Bogor Membangun pemuda / pemudi untuk mengenal ajaran islam lebih dalam. Membina silahtuhrrahim terhadap semua elemen umat islam. Membangun sikap positif dan membuka wawasan umat tentang sistem dakwah dalam dunia islam. Memahami arti pentingnya fungsi lingkungan islami dalam membentuk pribadi umat masa depan. Menggapai ridho Allah dan syafa’at Rossulullah sebagai hasil dari aktifitas kebaikan yang terus menerus sedang kita lakukan. Menjaga budaya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan menjaga budaya islam yang diajarkan oleh orang tua kita terdahulu. Informasi Umum Kegiatan Usaha Majelis Ta'lim Dengan mengawali kalimat bismillahi rahmanirrahim, dan puji syukur atas rahmat yang diberikan oleh ALLAH SWT. Kami adalah kumpulan remaja, pemuda-pemudi dan orang tua yang tergabung dalam jamaah majlis NURUL MUSTHOFA wilayah Depok - Bogor, yang memiliki persamaan misi dan visi. Sebagian besar masyarakat Jakarta sudah tidak asing lagi dengan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa yang dibina oleh AL-HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF, karena acara yang sudah ditetapkan setiap malam Selasa dan malam Minggu dihadiri puluhan ribu jamaah, karena itu mereka sangat antusias setiap kali acara Nurul Musthofa hadir. Kehadiran Majlis Ta’lim ini sangat di dambakan oleh setiap insan, karena mampu memberikan kontribusi ketenangan hati dan perbaikan ahklak. Mereka merasakan keberkahan, turunnya hidayah dan kesemangatan hidup baru pada saat berada di antar ribuan jamaah. Kami pun berharap untuk wilayah Depok - Bogor dapat merasakan hal yang dialami oleh warga Jakarta yang menjadi salah satu kota bersholawat. Dengan niat dan semangat bersama Alhamdullilah kami di beri kesempatan oleh Al-Habib Musthofa Bin Jaf’ar Assegaf ( adik AL-HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF) untuk membuat hal yang sama seperti di Jakarta dan dengan nama yang sama MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA Cabang DEPOK - BOGOR, yang diadakan setiap malam Jum’at. Suatu kebanggaan yang luar biasa bila aktifitas MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA Cabang DEPOK - BOGOR berkenan memberikan waktu kepada kita untuk bersama- sama merajut tali silahturrahim dalam mengembangkan dakwah. Hendaklah Allah untuk menjadikan kita sebagai komunitas yang sempurna (beriman dan bertakwa) menggerakan mereka untuk hadir sekaligus memberikan kehormatan kepada kita menjadi tuan rumah dalam deretan aktifitas dan kiprah meraka selama ini. Patut kita apresiaikan kesempatan yang diberikan ini, tidak ada kesempatan datang dua kali, semua kebaikan datangnya dari Allah harus disambut dalam bentuk apapun. Eksistensi Majelis MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA Cabang DEPOK - BOGOR yang akan berada ditengah-tengah kita diharapkan memberikan andil sebesar untuk dapat mewarnai dan memotifasi aktivitas kita dan sekaligus dapat memberikan kontribusi yang lebih banyak dari apa yang telah kita lakukan. Kami pun berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan amanah yang telah diberikan kepada kami, hal ini memang tidak mudah, oleh karena itu kami sangat mengaharapkan bantuan dari masyarakat untuk bersamaa mewujudkan kota DEPOK-BOGOR menjadi kota Bershalawat. Namun tidak banyak yang dapat diperbuat seandainya semua keinginan itu tidak didukung oleh semua elemen masyarakat dan semua umat islam secara umum. Tentunya kita menyadari bahwa kegiatan ini akan menelan biaya yang tidak sedikit. Namun itu tidaklah berat cinta ilahi yang mendominasi sehingga dengan ikhlas akan mendanai proses peremajaan cikal bakal kebangkitan islam ini ditempat kita, karena Allah selalu menjadikan orang yang berinfak dijalannya sebagai syarat mutlak bagi orang yang mengklaim dirinya bertakwa. Sesuatu hal yang mengembangkan bila kita semua dibuktikan hari ini. Tidak ada kata-kata yang tepat saat Allah menjadikan kita sebagai mediasi-Nya untuk mendanai program umat dalam mengangkat agama-Nya (Islam), semoga penggantian yang dilakukan selalu dikalikan dengan rumus matematika Allah dan do’a malaikat-Nya saat pagi menjelang. Amin

Kamis, 11 Juli 2019

BIOGRAFI HABIB ABDULLAH BIN JAFAR ASSEGAF

Habib Abdullah bin Jafar Assegaf
Abahnya sering bercerita, ada satu keluarga memiliki empat orang putra. Keempat putranya itu menjadi orang besar karena putra pertamanya lebih dahulu menjadi orang besar…Tiba di lingkungan pesantren yang asri, perasaannya yang dari semula memang tidak tertarik dengan dunia pesantren tidak juga berubah. Masa-masa di SD dan SMP masih teramat indah tertanam di benaknya. Hobinya terhadap pelajaran Matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam sejak duduk di bangku SD telah melahirkan tekad dalam hatinya untuk meneruskan pendidikan di sekolah-sekolah umum hingga tingkat yang paling tinggi.“Ente bener mau tinggal di pesantren?” Pertanyaan ringan itu sontak membuyarkan angan-angannya. Namun wibawa dan kharisma penanya yang berada di hadapannya itu membuatnya tidak mampu berpikir jawaban apa yang harus diucapkannya.
“Mau, Bib.”
“Bener betah? Di pesantren nggak enak. Di pesantren makannya tempe. Di sisni tidurnya nggak enak. Semuanya nggak enak.”
“Bener, Bib.” 

Tiba-tiba sang penanya yang penuh kharisma tadi memanggil salah seorang santri yang masih sangat kecil. Kira-kira ia duduk di bangku SD.
“Masmuk (siapa namamu)?” tanya sang habib  kepada santri kecil itu.
“Ismi Fulan (Namaku Fulan).”
Setiap pertanyaan yang diajukan dijawab oleh santri belia itu dengan bahasa Arab yang fasih dan benar.
Tanpa disadari, pemandangan itu sangat menyentuh bathinnya. Hatinya mulai berkecamuk. Tanpa disadari, hatinya berbisik, “Ya Allah, anak kecil ini bukan habaib, bukan orang Arab, tetapi begitu fasihnya menuturkan ungngkapan-ungkapan percakapan bahasa Arab. Sedangkan aku sendiri, salah seorang dzurriyyah Rasulullah SAW, cucu para kakek yang alim, tidak tahu sama sekali ihwal bahasa Arab.”
Sejak saat itu, hatinya mulai tertarik pada dunia pesantren. Tekadnya untuk menguasai ilmu-ilmu agama, tanpa disadarinya, mulai tumbuh dalam hatinya. Kharisma yang terpancar dari pribadi besar, yang tidak lain adalah Habib Hasan Baharun, pengasuh PP Darul Lughah Waddakwah, Bangil, yang kemudian menjadi guru futuhnya, telah merasuk ke dalam sanubarinya, membuyarkan semua angan dan cita-cita yang selama itu di pendamnya untuk melanjutkan pendidikan di sekolah umum.
Siapakah sosok anak muda itu? Tak lain dialah Habib Abdullah bin Ja`far Assegaf.
Habib Abdullah bin Jafar Assegaf
Habib Abdullah, atau lengkapnya Habib Abdullah bin Ja`far bin Umar bin Ja`far bin Syeckh bin Segaf Assegaf, lahir di Empang Bogor pada hari Senin 8 Juni 1981, bertepatan dengan 5 Sya`ban 1401 H.
Ia adalah putra kedua pasangan Habib Ja`far Assegaf dengan Syarifah Fathmah binti Hasan bin Muhsin bin Abdullah bin Muhsin Al-Attas. Ia adik kandung Habib Hasan bin Ja`far Assegaf, pengasuh dan pendiri Majelis Nurul Musthofa. Kedua adiknya yang juga kini sudah terjun di dunia dakwah adalah Habib Musthofa dan Habib Qosim.
Sejak kecil Habib Abdullah dididik dengan pendidikan agama yang ketat. Sang ayah, Habib Ja`far, sangat keras dalam mengawasi perkembangan anak-anaknya, terutama dalam hal menanamkan pengetahuan agama. Tak mengherankan, di samping belajar di madrasah, Habib Abdullah juga belajar ngaji kepada seorang ustadz yang sengaja dipanggil datang ke rumah.
Di usia tujuh tahun, Habib Abdullah sudah diwajibkan untuk tidak lepas membaca Ratib Al-Attas selepas shalat Maghrib.
Setelah ratiban, selepas shalat Maghrib, ia berangkat ke madrasah sampai jam setengah sembilan malam. Sedangkan di pagi harinya, ia belajar di SDN Empang 2 Bogor. “Waktu itu Abah selalu berpesan, ‘Kamu harus jadi orang alim. Tapi kamu harus tetap melihat kepada kakak kamu (Habib Hasan)’.”Habib Abdullah menuturkan bahwa abahnya sering bercerita, ada satu keluarga memiliki empat orang putra. Keempat putranya itu menjadi orang besar karena putra pertamanya lebih dahulu menjadi orang besar. “Abah bilang, insya Allah kakakmu, Hasan, bakal jadi.” Karenanya, sejak kecil, Habib Abdullah selalu disarankan oleh abahnya untuk mengikuti jejak kakaknya, Habib Hasan. Itulah sebabnya, baginya, Habib Hasan bukan sekadar kakak, tetapi juga guru dan pembimbing yang diteladaninya.
Habib Hasan & Habib Abdullah
Lulus dari SD tahun 1993, Habib Abdullah melanjutkan belajar ke SMPN 10 Cipaku dan lulus tahun 1996.
Setamat dari SMP, ia, yang selama itu selalu meraih peringkat sepuluh besar dan sangat menyukai pelajaran Matematika dan Fisika, tidak memiliki tekad lain kecuali masuk ke sekolah menengah atas favorit. Maka ia pun mendaftarkan diri dan diterima di SMAN 4 Bogor.
Namun ternyata sang ayah tidak mengizinkannya untuk melanjutkan ke sekolah umum, dan bermaksud memasukkannya ke pesantren. Meski demikian Habib Abdullah tetap bersikeras untuk tetap melanjutkan pendidikan di sekolah umum, sampai-sampai ayahnya berkata, “Abah masukin kamu SD, SMP, biar bisa baca tulis, biar enggak dibohongin orang. Abah mau kamu mendalami agama. Kalau mau melanjutkan ke sekolah umum, silakan cari duit sendiri.”
“Tapi waktu itu saya tetap keukeuh dengan pendirian untuk masuk ke sekolah umum sampai-sampai Abah ngediemin saya,” kata Habib Abdullah mengenang abahnya, yang wafat tahun 2002.
Setelah kurang lebih enam bulan lamanya, akhirnya Habib Abdullah menyerah. “Ya udah deh, Abah, saya nyerah, terserah Abah aja kalau memang mau masukin saya ke pesantren.”Selama enam bulan itu, Habib Abdullah meniru apa yang dilakukan Habib Hasan. Setiap hari yang dilakukannya hanya pulang-pergi dari rumah ke masjid.
Tidak lama kemudian Habib Abdullah dikirim ke pesantren Habib Nagib di Bekasi.
Namun baru beberapa hari, suasana pesantren, yang sama sekali baru bagi Habib Abdullah, sudah membuatnya tidak kerasan, terlebih lagi sejak awal ia tidak berminat untuk masuk ke pesantren. “Saya pun langsung nelepon Abah, saya sengaja bikin-bikin kisah-kisah yang nggak enak ke Abah…. Pokoknya yang penting waktu itu saya bisa pulang.”
“Sudah bisa baca Maulid belum?”
“Belum, Abah.”
“Nggak bisa. Kalau sudah bisa baca Maulid, kamu baru boleh pulang.”
Mendengar kata-kata sang ayah, akhirnya Habib Abdullah menggunakan waktu sepenuhnya untuk mempelajari Maulid, agar secepatnya bisa pulang. Kurang lebih tiga bulan lamanya, dan Maulid Al-Habsyi pun sudah dikuasainya dengan baik.
Habib Abdullah pun kemudian dijemput pulang kembali ke Empang.
Di pertengahan tahun 2007, Habib Abdullah diantar oleh Habib Hasan menuju Pesantren Darullughah Waddakwah (Dalwa). Di pesantren inilah, setelah bertemu dengan Habib Hasan Baharun, pandangan Habib Abdullah tentang pesantren dan dunianya mulai berubah. Mulai saat itu tekad dan cintanya sepenuhnya untuk pesantren.
“Waktu itu, ketika dites, karena semua materinya kebanyakan bahasa Arab, sedangkan membaca Al-Qur’an saja yang saya bisa, akhirnya saya pun ditempatkan di kelas III Ibtidaiyah Diniyah.” Adapun untuk Mu`adalahnya (sekolah persetaraan)-nya, Habib Abdullah tetap melanjutkan ke tingkat Aliyah hingga tamat dan mendapatkan ijazah.Tahun 2000 adalah tahun duka bagi Habib Abdullah. Pada tahun itu, sang guru ruhani, Habib Hasan Baharun, dipanggil oleh Allah SWT. Pada tahun itu juga, Habib Abdullah mohon diri kepada Habib Zein bin Hasan Baharun, penerus Habib Hasan, untuk melanjutkan pendidikan Diniyahnya ke Hadhramaut di bawah tanggungan Habib Abdullah Krasak, yang masih termasuk keluarga dari ibunya.
Namun Allah berkehendak lain. Sebelum ia berangkat ke Hadhramaut, Habib Abdullah Krasak sudah terlebih dahulu dipanggil menghadap Allah SWT.
Sepeninggal Habib Abdullah Krasak, Habib Abdullah meminta pendapat Habib Shodiq Baharun, adik Habib Hasan Baharun, untuk langkah selanjutnya. Atas saran beliau, Habib Abdullah diminta untuk datang ke Darul Musthofa, Batik Keris, Solo, untuk membantu-bantu Habib Sholeh, pengasuh pesantren.
Di Solo, selain membantu di Darul Musthofa, Habib Abdullah juga aktif mendatangi majelis Habib Anis Solo untuk menimba ilmu kepada beliau.
Belum setahun tinggal di Darul Musthofa, Habib Hasan, yang waktu itu sudah memiliki majelis yang besar, meneleponnya untuk kembali ke Jakarta. Habib Hasan memintanya agar aktif membantu di Majelis Nurul Mushthofa. “Karena keinginan Habib Hasan tidak lain hanya agar masyarakat Jabodetabek ini, khususnya, dan masyarakat Indonesia, pada umumnya, mengenal dan mencintai Rasulullah, untuk membatu dan meneruskan apa-apa yang sudah dilakukan oleh para alim ulama, asatidz, kiai, dan habaib, selama ini,” kata Habib Abdullah.Kini, selain diamanati sebagai ketua Yayasan Nurul Mushthofa, Habib Abdullah juga dipercaya untuk mengasuh Nurul Mushthofa wilayah Ciganjur dan sekitarnya serta mendampingi Habib Hasan di setiap kegiatan gabungan majelis Nurul Mushthofa.
Tahun 2004, Habib Abdullah menikah dengan Syarifah Fathimah binti Umar bin Alwi Al-Haddad dan kini sudah dikaruniai tiga orang putra. “Yang tertua bernama Muhammad, kedua Abdurrahman, dan yang ketiganya masih dalam kandungan.”
" Instagram :@nurulmusthofa_cidodolkulon "
" Facebook :nurulmusthofa_cidodolkulon "
Besok kita akan upload tentang sejarah Habib Musthofa bin Jafar Assegaf
Stay tuned blog kita ya→



Rabu, 10 Juli 2019

BIOGRAFI AL-HABIB HASAN BIN JAFAR ASSEGAF

Habib Hasan bin Ja’far Assegaf lahir di bogor tahun 1977, di tengah-tengah wilayah para ulama besar termasuk almarhum kakek beliau Al Imam Al Qutub Al Habib Abdullah bin Muhsin Alatas sebagai pemimpin para wali dizamannya. Silsilah beliau menyambung dari ibundanya, yaitu Syarifah Fatmah binti Hasan bin Muhsin bin Abdullah Alatas. 

1. Silsilah : 
Habib Hasan Bin Jafar Assegaf
Al Habib Hasan bin Ja’far bin Umar bin Ja’far bin Syekh bin Abdullah bin Seggaf bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad bin Adurrahman Seggaf bin Ahmad Syarif bin Abdurrahman bin Alwi bin Ahmad bin Alwi bin Syekhul Kabir Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawileh bin Ali bin Alwi Al Ghuyur bin Al Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali Kholi Qosam bin Aliw bin Muhammad bin alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Al Imam Husein Assibit bin Imam Ali KWH bin Fatimah Al Batul Binti Nabi Muhammad SAW. 
2. Pendidikan
Beliau belajar dengan para habaib dan ulama, diantaranya :
Al Imam Al Hafidz Al Musnid Al Habib Abdullah bin Abdul qadir Bilfaqih dan putera-putera beliau : Habib Abdul qadir bilfaqih, Habib Muhammad bilfaqih, Habib Abdurrahman bilfaqih ( Pondok pesantren Daarul Hadits Al Faqihiyyah, Malang ).
• Syekh Abdullah Abdun, Daruttauhid malang
• Syekh Umar Bafadhol, Surabaya
• Al Imam Al Arif billah Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul qadir Assegaf dan putera-putera beliau diantaranya Al Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf (Yayasan Ats-Tsaqofah Al Islamiyyah ).
• Al Habib Muhammad Anis bin Alwi Al Habsyi (selaku yang mengijazahkan maulid simtudduror).
• Al Habib Abdullah bin Husein syami Alatas dikediaman beliau R.a.
• Al Habib Abubakar bin Hasan Alatas, Martapura.
• KH. Dimyati, Banten.
• KH. Mama Satibi dan putera beliau, Cianjur.
• KH. Buya Yahya, Bandung
• Muallim Sholeh, Bogor.

Dan masih banyak lagi para ulama lainnya.
3. Dakwah Beliau
Dakwah beliau menjunjung tinggi Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Mengajak para pemuda pemudi, orang-orang tua maupun anak kecil berdzikir dan bersholawat yang dimulai dari : 
Habib Hasan Bin Jafar Assegaf
• Kota bogor
• Sukabumi
• Bandung
• Jakarta dan sekitarnya.

4. Tujuan Dakwah
Mengikuti kakek moyang beliau sampai kejunjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Dan mengajak para muslimin dan muslimat :
• Membaca Al-Qur’an.
• Membaca Ratib Al-Atas dan Ratib Al-Haddad
• Mengenalkan salaf sholihin dengan berziarah kepada para wali     Allah ketempat orang-orang sholeh.
• Membesarkan nama Rasulullah dengan pembacaan maulid

Harapan
Bersabda Nabi Muhammad SAW : “ Seorang bersama yang dicintainya “, harapan beliau agar diakui oleh Rasulullah SAW dan datuk-datuknya. Semoga semua ummat Rasulullah SAW mendapat ridho Allah dan syafaat Rasulullah SAW, kelak nanti dihari kiamat masuk surga bersama Nabi Muhammad SAW.
Bersabda Nabi Muhammad SAW : “ Apabila telah tersebar perzinahan, perjudian, permabukan, anak durhaka kepada orang tua, istri durhaka kepada suami dan banyaknya yang makan riba maka masuklah kalian kejalan keluargaku, selamatlah kalian dari malapetaka (Riwayat Abu Daud).
'' Instagram : @nurulmusthofa_cidodolkulon "
" Facebook : nurulmusthofa_cidodolkulon ''
Besok kita akan upload tentang sejarah Habib Abdullah bin Jafar Assegaf
Stay tuned di blog kita ya→

Senin, 08 Juli 2019

SEJARAH MAJELIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA DARI TAHUN KE TAHUN



Majlis Nurul Musthofa adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah SAW, yang didirikan pada tahun 2000 oleh Al Habib Hasan bin Ja'far Assegaf[1]. Nurul Musthofa diambil dari nama Rasulullah SAW yang artinya “Cahaya Pilihan”. Bermula dari pengajian Al-Qur’an dan Zikir-zikir yang keliling dari rumah-kerumah[1].Pada tahun 2001 Majelis Nurul Musthofa dikungjungi oleh Al Habib Umar bin Hafidz dan Al Habib Anis Bin Alwi al-Habsyi, yang kemudian mengijazahkan nama majelis nurul musthofa sekaligus meresmikannya. Pada tahun yang sama pertama kali dikenalkan sejarah Rasulullah SAW dengan pembacaan Al-Qur’an, zikir-zikir dan nasihat agama. Kemudian majelis berkembang pesat, yang bermula dari 10 orang sehingga menjadi ratusan orang. Pada tahun 2002, para ulama-ulama dari Saudi Arabia, Yaman, Madinah, Malaysia, dan banyak lagi kembali berdatangan mengunjungi majelis. Para ulama yang memberikan ilmu-ilmu Allah di antaranya Al Habib Salim Assyatiri yang memberi ijazah membaca 129 kali Yaa Latif sehabis Sholat kepada para Jama’ah. Pada tahun 2003, Majelis Nurul Musthofa mulai berpindah-pindah tempat yang asalnya dari rumah menuju ke Masjid-Masjid, sehingga mencapai sekitar 50 Masjid dalam mendakwahkan ilmu-lmu agama dengan pembacaan kitab Nasahadiniyyah, yang dikarang oleh Al Habib Abdulloh Bin Alwi Al Haddad. Pada tahun 2004, Majelis Nurul Musthofa berkembang lagi dari ratusan menjadi ribuan orang, selanjutnya bertambah orang dengan Mo’idzoh Hasanah oleh guru-guru di antaranya, KH. Abdul Hayyie Naim, Ust. Adnan Idris, Ust. Imam Wahyudi, dan banyak lagi yang lain untuk mendakwahkan ilmunya dan menuangkan ilmunya di Majelis Nurul Musthofa. Pada tahun 2005, Majelis Nurul Musthofa mengokohkan yayasan “Nurul Musthofa”, yang diketuai oleh saudara dari Al Habib Hasan bin Ja'far Assegaf, yaitu Al Habib Abdulloh Bin Ja’far Assegaf dan Al Habib Musthofa Bin Ja’far Assegaf, serta mendapatkan izin resmi dari Departemen Agama RI. Pada tahun 2006, Majelis Nurul Musthofa berkembang pesat dari 50 Masjid menjadi 250 Masjid di Jakarta, Syiar ini diterima oleh semua kalangan, dan pada tahun ini pula berdiri rumah kediaman Al Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf di Jakarta sebagai sekretariat Nurul Musthofa. Pada tahun 2007, Majelis Nurul Musthofa mendirikan Majelis sementara yang sedang dibangun seluas 700 meter di belakang rumah kediaman Al Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf. 



besok kita akan upload lagi tentang Sejarah dari guru kita tercinta Sayyidil Walid Al-Habib Hasan bin Jafar Assegaf. Stay Tuned blog kita ya→